Pada pertemuan kali ini kelompok 2 yaitu: Dinda Febrianti, Muhammad Ikhzarudin, Rusbiansyah, dan Sifanisa Aulia mambahas tentang Manajemen Lokal. Dan ini pembahasannya.
A. Pengenalan
Meskipun ada perbedaan nasional dalam skema sekolah berbasis manajemen, para ahli memberikan alasan yang sangat serupa untuk merekomendasikan manajemen berbasis sekolah. Tujuan dari bab ini adalah untuk memberikan argumen gambaran umum terhadap manajemen lokal, dari sini kita dapat menyaring empat kriteria utama yang dapat dinilai.
Klaim pendukung politik
- Inggris : para pendukung sekolah berbasis manajemen mengklaim bahwa MBS diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan standar pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Kerneth Baker, Sekretaris Negara untuk Pendidikan, memperkenalkan bacaan pertama dari Undang-Undang Pendidikan tahun 1988 memproklamirkan:
RUU ini akan menciptakan sebuah kerangka kerja baru, yang akan meningkatkan standar, memperluas pilihan dan menghasilkan Inggris yang lebih berpendidikan. .
- Skotlandia : Skotlandia dan Kantor Dinas Pendidikan (SOED) membuat klaim serupa, menekankan pengambilan keputusan:Pemerintah berpendapat dengan tegas bahwa pelimpahan keuangan dan manajerial dengan memberikan sekolah fleksibilitas yang lebih besar dan pilihan dalam menentukan prioritas dan pengaturan rinci dalam menanggapi kebutuhan murid dan aspirasi orang tua.Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan merupakan bagian penting dari tujuan keseluruhan pemerintah meningkatkan standar belajar dan mengajar di sekolah.
- Australia memproklamirkan prinsip manajerial kunci manajemen berbasis sekolah sejak 20 tahun yang lalu ‘tanggung jawab akan paling efektif diserahkan kepada orang yang dipercayakan dengan membuat keputusan juga orang yang bertanggung jawab untuk membawa mereka keluar, dengan kewajiban untuk membenarkan mereka dan dalam posisi untuk keuntungan dari pengalaman mereka '(Komisi Sekolah Australia 1973: 10). Dan itu masih ditegaskan kembali dalam desakan resmi lebih dari satu dekade kemudian: 'efisiensi dan efektivitas sistem dapat ditingkatkan hanya jika sekolah memiliki kontrol yang memadai atas kualitas pendidikan yang mereka sediakan' (Departemen Pendidikan Australia Barat 1987: 5)
- Selandia Baru menganggap desentralisasi dari system pendidikan sangat kuat termotivasi oleh keinginan untuk respon yang lebih besar:
Satuan tugas The Picot.. . anggota datang untuk percaya bahwa devolusi kekuasaan pengambilan keputusan, sumber daya dan akuntabilitas merupakan cara yang efektif untuk mengubah keseimbangan kekuasaan antara penyedia layanan dan klien. Selanjutnya, mereka menganggap bahwa ini akan mengarah pada institusi yang lebih besar, dan karenanya sistem, responsif. (MacPherson 1993: 73)
- Edmonton, Kanada, inefisiensi penggunaan sumber daya, kurangnya pemberdayaan guru dan ketidakmampuan kabupaten untuk pengendalian mutu di sekolah, endemik dalam sistem yang sangat birokratis, yang dikutip sebagai alasan utama untuk mengembangkan manajemen berbasis sekolah (Levacic 1992b) .Smilanich (1988: 1) menyatakan: ‘Dengan kesempatan meningkat untuk keputusan di tingkat sekolah diberikan dalam iklim kepercayaan, lebih dari bakat kreatif dari guru dan potensi guru dapat dilepaskan '.
B. Kriteria Untuk Menilai Pengelolaan Lokal Sekolah
- peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah
- peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran;
- lebih tanggap terhadap klien dan lebih memihak kepada konsumen.
- Efisiensi: melakukan suatu usaha yang minimum untuk menghasilkan output yang maksimum.
- Efektivitas: seberapa baik program atau kegiatan mencapai tujuan.
- Nilai uang: berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik dengan sumber daya yang tersedia.
- Keadilan: kebutuhan menyeimbangkan dan menyelesaikan ketegangan antara kepentingan individu dan kolektif.
C. Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah
Efektivitas MBS dapat dilihat dari efektivitas kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya, yang oleh Sergiovanni (1987) diidentifikasi sebagai berikut:
· Produktivitas: bagaimana peserta didik, guru, kelompok dan sekolah pada umumnya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
· Efisiensi: perbandingan individu dan prestasi sekolah dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai prestasi tersebut.
· Kualitas: tingkat dan kualitas usaha, tujuan, jasa, hasil, dan kemampuan yang dihasilkan oleh peserta didik dan sekolah.
· Pertumbuhan: perbaikan kualitas kepedulian dan inovasi, tantangan dan prestasi dibandingkan dengan kondisi di masa lalu.
· Kepuasan kerja guru: bagaimana tingkat kesenangan yang dirasakan guru terhadap berbagai macam pekerjaan yang dilakukannya.
· Kepuasan peserta didik: bagaimana peserta didik merasa senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
· Semangat: perasaan senang guru, peserta didik dan personil sekolah lain terhadap sekolahnya, tradisi-tradisinya, tujuan-tujuannya, sehingga mereka merasa bahagia menjadi bagian atau anggota sekolah.
· Motivasi: kekuatan kecenderungan dan keinginan guru, peserta didik, dan pekerja sekolah untuk melibatkan diri dalam kegiatan atau pekerjaan sekolah. Hal tersebut bukanlah perasaan senang yang relative terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, teyapi lebih merupakan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan atau sekolah.
D. Manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS)
Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan MBS sebagai berikut :
1. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
2. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
3. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
4. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah.
5. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah.
6. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.
E. Hambatan Dalam Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS)
Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :
1. Tidak Berminat Untuk Terlibat
2. Tidak Efisien
3. Pikiran Kelompok
4. Memerlukan Pelatihan
5. Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
6. Kesulitan Koordinasi
7. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berhubungan Prestasi Belajar Murid
MBS
F. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS
1.Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa.
2.Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel.
3.Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi.
4.Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah.
G. Dampak Manajemen Berbasis Sekolah bagi Sekolah
1. MBS menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah yang lebih terbuka. Kepala sekolah, guru, dan anggota masyarakat bekerja sama dengan baik untuk membuat Rencana Pengembangan Sekolah. Sekolah memajangkan anggaran sekolah dan perhitungan dana secara terbuka pada papan sekolah.
2. Keterbukaan ini telah meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua dan masyarakat terhadap sekolah. Banyak sekolah yang melaporkan kenaikan sumbangan orang tua untuk menunjang sekolah.
3. Pelaksanaan PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau Pembelajaran Kontekstual dalam MBS, mengakibatkan peningkatan kehadiran anak di sekolah, karena mereka senang belajar.